Skincare mengandalkan paraben sebagai pengawet untuk mencegah mikroba dan memperpanjang masa simpan produk. Namun, banyak riset yang menunjukkan penggunaannya dengan risiko kesehatan.
Kini, industri skincare dihadapkan pada kebutuhan untuk mencari alternatif pengawet alami yang dinilai lebih aman bagi konsumen.
Table of Contents
ToggleParaben dan Fungsinya dalam Produk Skincare
Paraben adalah pengawet kimia yang sering digunakan dalam produk perawatan, terutama skincare sejak 1920-an. Pengawet ini umumnya berbentuk garam atau ester dari asam para-hydroxybenzoic, yang memiliki sifat larut dalam air dan alkohol.
Fungsi utama paraben yaitu mencegah pertumbuhan mikroorganisme, sehingga memperpanjang masa simpan produk. Senyawa ini juga meningkatkan stabilitas formula skincare, dengan mencegah perubahan warna dan bau, menjaga konsistensi, dan meningkatkan daya tahan terhadap kontaminasi mikroba.
Ada beberapa jenis paraben dalam produk skincare, termasuk methylparaben, ethylparaben, propylparaben, dan butylparaben. Setiap jenis memiliki karakteristik dan efektivitas yang berbeda.
Methylparaben dan ethylparaben ideal untuk formulasi produk ber-pH rendah seperti toner dan krim mata. Toner wajah dan krim mata umumnya memiliki pH sekitar 3.5-5.5 untuk menjaga stabilitas dan efektivitas produk.
Formula propylparaben dan butylparaben terdapat pada produk dengan pH netral hingga tinggi, seperti losion dan sampo, yang memiliki pH sekitar 5.5-7.5. Hal tersebut untuk memastikan daya tahan pengawet dalam lingkungan yang kurang asam.
Kontroversi Seputar Penggunaan Paraben
Kontroversi terkait penggunaan paraben dalam skincare semakin menjadi sorotan, terutama terkait dengan dampaknya terhadap kesehatan kulit. Menurut penelitian pada tahun 2022, paraben dapat menyebabkan iritasi kulit dan alergi, terutama pada kulit sensitif, rusak, atau pecah-pecah.
Berdasarkan data tersebut, industri skincare perlu merespons kontroversi ini dengan cepat meskipun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan batas aman untuk penggunaannya, yaitu sekitar 0,01–0,4 persen. Namun, kekhawatiran mengenai dampak dari produk berbahan paraben masih menjadi isu besar.
Dengan adanya kontroversi tersebut, diharapkan pelaku industri skincare menggunakan bahan alternatif yang lebih aman pada segala jenis kulit. Pendekatan ini memenuhi tuntutan pasar serta menunjukkan tanggung jawab. Dengan langkah proaktif, industri skincare dapat menciptakan produk yang aman.
Alternatif Pengawet untuk Produk Bebas Paraben
Menurut Statista, proyeksi pasar skincare di Indonesia dengan bahan alami dan bebas paraben mencapai 0,39 miliar dolar AS atau setara 5,91 triliun rupiah pada 2024. Berdasarkan potensi tersebut, berikut beberapa bahan pengawet alternatif yang dapat digunakan.
1. Phenoxyethanol
Dengan pH optimal antara 4 hingga 9, phenoxyethanol berfungsi sebagai pengawet untuk mengatasi bakteri gram-negatif. Uni Eropa memberikan izin penggunaan bahan ini hingga 1.0%, menjadikannya alternatif untuk menjaga stabilitas produk dalam berbagai formulasi perawatan kulit.
Efektivitas phenoxyethanol dalam melawan bakteri Gram-positif, ragi, dan jamur cukup terbatas. Oleh karena itu, disarankan untuk mengombinasikan phenoxyethanol dengan pengawet lain seperti ethylhexylglycerin.
2. Ethylhexylglycerin
Dengan rentang pH optimal 4 hingga 9, ethylhexylglycerin mampu melawan bakteri gram-positif dan ragi. Ethylhexylglycerin fleksibel dan kompatibel dengan berbagai formulasi, serta lembut di kulit.
3. Sodium Benzoate
Sebagai pengawet alami, bahan ini optimal pada pH 3-5 dan efektif dalam melawan ragi serta jamur. Penggunaan sodium benzoate bertujuan untuk memperkuat perlindungan terhadap bakteri gram-negatif seperti pseudomonas, yang sejalan dengan tren keberlanjutan dalam industri skincare.
4. Benzyl Alcohol
Benzyl alcohol efektif dalam menanggulangi bakteri gram-positif dan menawarkan perlindungan yang optimal untuk mengatasi ragi dan jamur. Dengan pH antara 3 hingga 5 dan batas penggunaan maksimum hingga 1.0%, bahan ini memberikan fleksibilitas tinggi dalam formulasi.
5. Caprylyl Glycol
Caprylyl glycol berfungsi sebagai pengawet multifungsi yang efektif dalam rentang pH 4 hingga 7. Pengawet ini memberikan perlindungan terhadap mikroorganisme dan berperan sebagai humektan. Keunggulan utama caprylyl glycol yaitu meningkatkan kelembapan kulit serta memberikan sifat antimikroba.
6. Dehydroacetic Acid
Alternatif pengganti paraben terakhir adalah dehydroacetic acid yang menunjukkan efektivitas dalam melawan jamur dan bakteri gram-positif pada pH 3 hingga 5.
Ciptakan Skincare Aman di Indocare B2B!
Penggunaan bahan pengawet paraben terbukti dapat menyebabkan iritasi kulit dan alergi terutama pada tipe kulit sensitif. Hal ini harus menjadi perhatian lebih bagi para Smartpreneur yang ingin membuat produk kecantikan. Penggunaan bahan pengawet yang aman dalam formulasi skincare sangat penting untuk membangun citra positif di mata konsumen.
Indocare B2B berkomitmen untuk mendukung Smartpreneur yang ingin terjun ke dalam industri skincare dengan menawarkan layanan maklon skincare berbahan alami yang teruji oleh BPOM dan bersertifikat halal.
Dengan dukungan dalam riset dan pengembangan, setiap produk telah memenuhi standar keamanan dan kesehatan tinggi, sehingga mampu bersaing di pasar. Bersama Indocare B2B, ciptakan produk skincare berkualitas tinggi dan bebas paraben yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Ditinjau oleh dr. Grishya Nanda Suryaratna