Beberapa tahun terakhir, skincare berbahan dasar snail mucin atau lendir siput menjadi tren di Korea Selatan. Awalnya, skincare ini hanya populer di Amerika dan Eropa, namun kini manfaatnya telah dirasakan di seluruh dunia.
Table of Contents
ToggleAsal-usul Snail Mucin
Penggunaan lendir siput dalam perawatan kulit telah ada selama berabad-abad. Berikut ini sejarah perkembangannya.
Masa Lampau
Penggunaan lendir siput untuk perawatan kulit telah memiliki sejarah panjang. Sejak zaman Yunani Kuno, lendir siput dimanfaatkan untuk mengatasi peradangan dan penuaan kulit, seperti yang tercatat dalam praktik pengobatan Hippocrates.
Pada tahun 1980-an, peternak siput di Chili Selatan (suku Mapuche) yang menangani pasar makanan Prancis menyadari bahwa lendir siput dapat melembutkan kulit dan mempercepat penyembuhan luka. Demikian awal mula krim yang mengandung 80% lendir siput dari negara Chili mulai diproduksi dan diedarkan secara masif.
Masa Kini
Kenaikan popularitas snail mucin mengacu pada era keemasan K-Beauty pada tahun 2011. Inovasi produk skincare asal Korea Selatan ini berhasil merevolusi pasar kosmetik global, terutama Amerika Serikat.
Menjawab respons tren global tersebut, industri kecantikan di berbagai negara mulai mengeksplorasi potensi terapeutik dari bahan ini. Misalnya munculnya pelayanan spa siput di Thailand pada tahun 2015 yang menawarkan perawatan facial dengan membiarkan siput merayap di wajah pelanggan.
Proses Ekstraksi
Penemuan manfaat lendir siput bagi kesehatan kulit telah membuka peluang baru dalam dunia kecantikan. Melihat potensi besar bahan alami tersebut, para ahli mulai bereksperimen untuk menemukan metode ekstraksi paling aman dan efektif.
Melansir dari laman National Library of Medicine, lendir yang biasa digunakan untuk industri kecantikan yaitu jenis Helix aspersa atau lebih dikenal dengan siput taman. Lendir Helix aspersa mengandung enzim Glutathione-S-Transferase (GST) dan Superoxide Dismutase (SOD) yang berfungsi sebagai anti penuaan, mengurangi keriput, meningkatkan kekencangan kulit, dan memperbaiki kerusakan kulit akibat sinar UV.
Para ahli heliciculture dan laboratorium kosmetik selalu menggunakan metode-metode ekstraksi lendir siput yang tidak melukai hewan. Metode pertama, siput melalui proses perendaman dalam larutan akuatik yang mengandung garam atau cuka dalam konsentrasi dan waktu tertentu.
Selanjutnya, metode yang paling banyak diterapkan adalah dengan menciptakan lingkungan menyerupai habitat asli. Siput diletakkan pada permukaan jaring di dalam ruangan yang lembap, gelap, dan sunyi.
Selama 30 menit, siput dibiarkan bergerak bebas dan akan meninggalkan jejak lendir. Lendir yang dihasilkan kemudian dipanen secara manual. Metode ini memungkinkan pengumpulan lendir siput dalam jumlah yang optimal tanpa memberikan tekanan fisik maupun kimiawi pada siput.
Setelah 30 menit, siput dipindahkan kembali ke habitat aslinya untuk memulihkan energi. Lendir yang terkumpul diproses untuk memastikan kelayakannya sebelum menjadi bahan produk skincare.
Manfaat Snail Mucin untuk Wajah
Lendir siput mengandung berbagai bahan kompleks, seperti glikosaminoglikan, glikoprotein, copper peptides, antimicrobial peptides, hyaluronic acid, zinc, dan zat besi. Berikut tiga manfaat utama penggunaan lendir siput untuk perawatan wajah.
1. Menghidrasi Kulit dan Memperkuat Skin Barrier
Snail mucin kaya akan hyaluronic acid yang berperan sebagai pahlawan hidrasi. Kandungan ini mampu mengikat dan menahan air di dalam kulit untuk mempertahankan kelembapannya dan memperkuat skin barrier.
2. Meningkatkan Perbaikan Sel dan Mempercepat Regenerasi Kulit
Kandungan glikoprotein pada lendir siput bermanfaat untuk meningkatkan perbaikan sel dan mempercepat regenerasi kulit. Kombinasi lendir siput dengan bahan pencerah seperti vitamin C, niacinamide, atau licorice dapat meningkatkan efektivitas dalam memudarkan bekas jerawat dan hiperpigmentasi.
3. Melawan Radikal Bebas dan Menenangkan Kulit
Lendir siput dapat memberikan perlindungan optimal bagi kulit dari stres oksidatif karena mengandung antioksidan. Bahan aktif ini membantu menjaga kesehatan kulit, meningkatkan elastisitas, dan memberikan sensasi kulit yang lebih tenang.
Sebelum menciptakan produk berbasis lendir siput, pengembang skincare perlu mengetahui bahwa snail mucin tidak boleh dicampur dengan bahan pengelupas yang keras dan asam untuk meminimalkan potensi iritasi kulit pada pengguna.
Tren Pasar Snail Mucin
Dari tahun 2019 sampai dengan 2023, pasar skincare ini telah menembus CAGR sebesar 5,8%. Pada tahun 2022, nilai pasar produk skincare berbasis lendir siput mencapai 8,6 triliun rupiah. Pertumbuhan pesat ini imbas dari peningkatan minat konsumen pada produk perawatan kulit dengan bahan alami.
Menurut laporan Future Market Insight Inc., pasar skincare snail mucin berhasil mencapai 24,2 triliun rupiah sepanjang tahun 2024. Hingga tahun 2034 nanti, prospek pasar global akan terus meningkatkan CAGR sebesar 6,5% dengan perkiraan mencapai 45,4 triliun rupiah. Dengan valuasi yang mencapai angka puluhan triliun rupiah, skincare berbasis snail mucin memiliki peluang keuntungan besar.
Indocare B2B: Partner Maklon untuk Skincare Berbasis Snail Mucin
Snail mucin merupakan bahan skincare yang dipercaya memberikan banyak manfaat, terutama pada kulit bertekstur ataupun luka. Kolaborasi strategis dengan mitra produksi yang kompeten sangat krusial untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Sebagai perusahaan maklon skincare terkemuka sejak tahun 1988, Indocare B2B menawarkan solusi lengkap dari riset, pengembangan produk, hingga manajemen rantai pasok. Dengan demikian, Indocare B2B dapat menjadi mitra ideal bagi Smartpreneur yang ingin menghadirkan inovasi dalam industri skincare.
Ditinjau oleh dr. Grishya Nanda Suryaratna